Senyap
Lalu tiba-tiba gemertak
Sebatang ranting kering keropos
Tanggal dari dahan pohon peneduh
Yang daun-daunya habis dimakan senja.
Sebuah sarang baru telah jatuh terguling
Tanpa terpelanting, terjungkal
di rumput kering.
Seekor manyar
Terbang berputar-putar
Menukik panik kemudian tertegun.
Cairan lengket itu mengalir bisu
Lambat Dan dingin.
Seperti siput tua
Seperti bayang-bayang silam
Merambat di balik kerut keningmu.
Tapi lihat
Esok, masih akan ada ranting merunduk
Sementara kuncup muda mandi cahaya
ketika rumput kering berkilau embun.
Dan dengar
Seekor manyar tak tahan tidak hinggap
Seekor manyar tak tahan tidak bersiul
Di ranting yang digoyang-goyang angin
Sepanjang musim.
Yang tanggal, tanggalah
Yang pecah, pecahlah
Yang tumbuh, tumbuhlah
Yang bersatu, bersatulah.
Seperti kemarin
Tapi bukan demi kemarin
Seperti biasanya, aku bersiul
Di sini aku hinggap
Di ranting yang belum patah
Di sini aku hinggap
Di ranting yang masih basah.
(diterbitkan di Bali Post 13 November…
Lihat pos aslinya 104 kata lagi